Kamis, 26 Januari 2012

mekanisme tumpu pada sambungan

Biasanya judul dan isi adalah sama, jika di atas tertulis tentang “mekanisme tumpu pada sambungan” maka materi selanjutnya adalah penjelasan tentangnya. Tetapi kali ini agak berbeda, saya ingin mendapatkan masukan dari pembaca blog ini, karena saya tahu mayoritas pembacanya adalah mahasiswa atau alumni dari jurusan teknik sipil. Jadi tidak salah jika saya ingin tahu dari mereka tentang isi judul di atas.



Ini penting karena setahu saya, materi struktur baja di jurusan teknik sipil adalah minimal 4 sks, yaitu struktur baja 1 dan struktur baja 2. Bahkan di jurusan teknik sipil UPH mendapat 7 sks, yaitu struktur baja 1 (2 sks), struktur baja 2 (3 sks) dan struktur baja 3 (2 sks). Di level S2 juga minimal 2 sks atau bahkan ada yang memberi bobot 3 sks. Jadi seorang sarjana teknik sipil dan juga magister teknik sipil mestinya telah mendapat pembekalan yang cukup tentang materi struktur baja.

Oleh karena itu saya juga heran jika seorang magister teknik sipil masih saja bertanya tentang hal ini :
pak wir, saya baca dari blog bapak, ada kalimat bapak begini

dari blog:

http://wiryanto.wordpress.com/2010/02/25/semuanya-las-kapan-pakai-bautnya/

Jika tanpa pretensioning khusus, yaitu baut cukup dikencangkan pada kondisi Snug to Tight (pakai kunci biasa sekuat rata-rata tenaga seorang pekerja) maka mekanisme yang dapat diharapkan adalah mekanisme tumpu.

pak, mengenai teknik pengencangan tanpa kunci torque, yaitu dgn kencang pas tenaga manusia, mekanisme yang diharapkan adalah tumpu. kira-kira literatur atau teori yang mendukung pendapat ini, dari buku apa ya pak?

makasih pak.

Pertanyaannya adalah apakah materi di atas tidak pernah diungkapkan dalam perkuliahan struktur baja yang ada. Jika tidak diberikan, lalu apa yang dibahas pada perkuliahan baja yang ada.

Membaca pertanyaan di atas saya jadi ingat komentar ibu Lanny Hidayat, pakar jembatan dari PU, yang pernah mengungkapkan bahwa anak-anak lulusan sekarang belum tentu tahu mekanisme slip kritis dan bedanya dengan mekanisme tumpu pada baut mutu tinggi. Padahal sambungan baut mutu tinggi dengan mekanisme slip kritis adalah sangat penting bagi struktur jembatan yang rawan fatig. Untuk gedung memang tidak pernah dikenal penggunaannya, karena ribet, mahal dan perlu pengawasan ketat. Padahal dampaknya tidak signifikan. Jadi jika digunakan mekanisme slip kritis untuk gedung maka itu adalah sesuatu yang memboroskan.

Mohon saya diberi masukan yang jujur, karena siapa tahu saya berminat untuk mengisi literatur tentang hal-hal tersebut. Siapa tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...