
antaranews.com
Rasanya berita ambruknya jembatan  kukar dengan konstruksi kokoh dan dibuat menggunakan teknologi tinggi  beberapa waktu lalu, masih begitu segar dalam ingatan. Jembatan yang  baru dibangun 10 tahun itu ambruk memakan korban jiwa. Padahal ini  adalah jembatan dengan konstruksi canggih, lalu bagaimana dengan  jembatan-jembatan gantung yang ada di desa dan tersebar di banyak  wilayah di Indonesia? Keadaannya tidak lebih baik.
Teranyar, kasus ambruknya jembatan  gantung  yang menjadi sarana penghubung jalan vital kembali terjadi.  Kali ini terjadi pada jembatan Cikuda yang menghubungkan kampung  Pabuaran kaum Cibanteng, kecamatan Ciampea, dengan dengan kampung  Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sekitar 25 orang hanyut  terbawa arus sungai Cihideung, 1 ditemukan tewas, 7 bocah dikabarkan  hilang terbawa arus. Penyebrang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu dan anak  kecil. Penyelamatan sempat tertunda karena medan yang terjal. Arus  sungai yang pasang dan air dasar sungai yang keruh dan berlumpur. Selain  itu medan dalam sungai terdapat palung-palung dan bebatuan yang  menyulitkan pencarian dan bisa membahayakan petugas tim SAR.
Ambruknya  jembatan yang dibangun  sekitar tahun 2004, diduga karena sebagian kayu dan material bambunya  sudah lapuk dan tak layak pakai. Tak kurang dari setahun yang lalu,  jembatan gantung tersebut direnovasi  untuk perbaikan darurat. Jembatan  ini dibuat oleh swadaya masyarakat.
Badan   Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat (Jabar) mengimbau   masyarakat untuk aktif mengecek kondisi jembatan gantung yang ada di   wilayah masing-masing untuk menghindari terjadinya ambruk. 
Seperti yang dilaporkan tribunnews.com, di wilayah Aceh saja ada dua jembatan gantung ambruk yakni jembatan Batte Meutudong. Sebuah  jembatan berukuran panjang sekitar 10 meter berkontruksi kayu yang  terletak di Desa Kuta Tuha, Kecamatan Panga, Aceh Jaya. Jembatan ini  mengalami kemiringan akibat telah lapuk. Kondisi tersebut menyebabkan  kendaraan roda empat tidak dapat lagi melintas untuk mengangkut hasil  tani seperti sawit, karet dan kepentingan lainnya. 
Satu lagi jembatan gantung di Desa Asan Krueng Kreh, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara.  Akibatnya,  akses sejumlah desa di Pirak Timu ke Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara  terputus. Karena selama ini banyak warga yang memanfaatkan jembatan  tersebut jika ingin ke Lhoksukon.
 Dilansir masih banyak jembatan yang membutuhkan penanganan serius. Dua  terdapat di Provinsi Riau, yaitu Jembatan Rumbai Jaya dan Siak III yang  bernama resmi Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah.  Sedangkan lima lainnya adalah Jembatan Barito di Banjarmasin, Jembatan  Mahakam Kota 1 di Samarinda, Jembatan Talumolo di Gorontalo, Jembatan  Batanghari di Jambi, dan Jembatan Musi 2 di Palembang.
Dilansir masih banyak jembatan yang membutuhkan penanganan serius. Dua  terdapat di Provinsi Riau, yaitu Jembatan Rumbai Jaya dan Siak III yang  bernama resmi Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah.  Sedangkan lima lainnya adalah Jembatan Barito di Banjarmasin, Jembatan  Mahakam Kota 1 di Samarinda, Jembatan Talumolo di Gorontalo, Jembatan  Batanghari di Jambi, dan Jembatan Musi 2 di Palembang.aceh.tribunnews.com
Pertengahan Januari lalu juga terjadi  ambuknya jembatan gantung Rawayan di wilayah Garut, hingga mengisolir  700 jiwa, di lima kampung Desa Mekarmukti, Cibalong, Kabupaten Garut.  Jembatan ini melintasi sungai Cisanggiri. Karena terisolir ini, ratusan  murid SD dan SMP tak bisa mengikuti kegiatan belajar.
.bahu membahu memperbaiki jembatan Rawayan (pikiran-rakyat.com)
 Jembatan  gantung  kerap menjadi sarana vital bagi pengguna jalan di desa untuk  melintas antar desa. Biasanya jembatan ini menjadi satu-satunya  alternatif  fasilitas yang memangkas jarak tempuh yang jauh. Dan  seringkali terputusnya sarana jembatan gantung ini mengganggu aktivitas  warga sekitar. Perekonomian masyarakat terganggu. Anak-anak tidak bisa  berangkat sekolah karena tidak ada akses jalan untuk menuju  kawasan  kota kecamatan selain memasuki kawasan perkebunan dan hutan  dengan  jarak tempuh yang kerap lebih jauh. Bahkan kadang mereka  harus turun ke  sungai.
Jembatan  gantung  kerap menjadi sarana vital bagi pengguna jalan di desa untuk  melintas antar desa. Biasanya jembatan ini menjadi satu-satunya  alternatif  fasilitas yang memangkas jarak tempuh yang jauh. Dan  seringkali terputusnya sarana jembatan gantung ini mengganggu aktivitas  warga sekitar. Perekonomian masyarakat terganggu. Anak-anak tidak bisa  berangkat sekolah karena tidak ada akses jalan untuk menuju  kawasan  kota kecamatan selain memasuki kawasan perkebunan dan hutan  dengan  jarak tempuh yang kerap lebih jauh. Bahkan kadang mereka  harus turun ke  sungai.Lambannya bantuan pemerintah daerah  setempat, seringkali memaksa masyarakat mau tidak mau harus bahu membahu  berswadaya mengupayakan perbaikan. Hingga akhirnya dibangun lagi  jembatan dengan material seadanya yang tentu saja tak aman dan tak bisa  bertahan lama. Kebutuhan mereka menghidupkan perekonomian menjadi salah  satu alasan mengapa mereka tak bisa menunggu bantuan lebih lama.
Cerita pilu tentang nasib anak-anak  sekolah di pedalaman desa yang sesungguhnya tak jauh dari ibukota, belum  lama menjadi sorotan. Mereka anak-anak belia itu harus melewati  jembatan-jembatan gantung dengan resiko bertaruh nyawa. Bahkan foto-foto  adegan anak-anak sekolah yang melintas di jembatan gantung yang rusak  parah ini, diliput kantor berita Inggris Reuters dan media Inggris Daily  Mail dengan mengatakan bahwa aksi  mereka mengingatkan pada adegan  akrobatik dalam film Indiana Jones. Hingga makin ramailah berita ini  diperbincangkan. Duh…betapa memalukan.
.
berjibaku bertaruh nyawa demi sekolah (detik.com)
.
Haruskah menunggu jatuhnya korban  yang lebih banyak lagi?? Betapa buta dan bebalnya pemimpin negeri ini  dan juga para wakil rakyat yang (katanya) terhormat itu, bila mereka  masih saja berkutat dengan perbaikan gedung rapat yang sesungguhnya  sudah lebih dari cukup memadai. Coba lepas kacamata kudanya pak…sesekali  tengoklah kondisi rakyatmu…
.
Salam Prihatin
 

 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar